25 Okt 2011 Tags: 0 komentar

Oretan Hikmah dan Insya Allah Beredukasi


Assalamu’alaikum anak-anakqu…..
Rasanya baru melewati bulan ke 3 miss hijrah dari kota yang selalu dikenang orang dengan sapaan khasnya “Horas”. Tapi ternyata fitrah kasih sayang yang dititipkan Allah dalam sisi non psikis manusia telah memunculkan rasa rindu dan kangen sama kalian (anak-anak yang selalu kudoakan akan menjadi kebanggaan orang tuanya), teman-teman seperjuangan – para guru hebat, juga kerinduan akan our sweet togetherness in the class…  Eh…ternyata kalian juga begitu ya…. Terbukti dari sms-sms kalian yang selalu dimulai dengan kata-kata “Assalamu’alaikum miss…… kangen la sama miss…”. Jujur dari hati miss yang terdalam, miss ingin mengatakan “terima kasih murid-murid …….(gaya ibu gurunya upin ipin neh….)”.

Tulisan  ini pun termotivasi dari obrolan miss dengan salah seorang siswi yang sekarang sedang berjuang untuk khusnul khatimah / best ending dalam perjuangan menuntut ilmu di sekolah. Awalnya sih dia cm nanya kabar. Bilang kangen, trus biasa…. Yang terakhir nanya kapan datang ke sekolah tercinta.
Miss coba share untuk jawaban yang terakhir aja ya…

Sejujurnya lagi miss pengen banget datang waktu kalian (anak2 miss yang kelas 3 ini) wisuda… Apalagi miss sedang menunggu janji dari seorang siswa yang berusaha menjanjikan kepada miss untuk mendudukkan orang tuanya pada saat wisuda nanti pada kursi terdepan setelah para tamu kehormatan dan pejabat-pejabat sekolah. Ya….. kursi itu seperti tahun lalu dikhususkan untuk siswa beserta orang tuanya yang memperoleh prestasi 5 besar terbaik. Karena miss minta dia berjanji untuk memuliakan kedua orang tuanya - yang sangat sederhana dan sangat apa adanya dibanding orang tua teman-temannya yang lain -- dengan kehormatan dan kebanggaan atas prestasi yang diraih anaknya. “I’ll wait  ur promise son...at the time will coming soon”.

Oya…. Selanjutnya miss coba nanya tentang kabar eksistensi rohis SMK Telkom semenjak 3 bulan miss tinggalkan. Bukan gak percaya atau sok mengevaluasi…Justru karena miss percaya dengan semangat beliau-beliau yang bertanggung jawab dan peduli pada kibar bendera keIslaman di sekolah kita, miss tenang ninggalin para pejuang kemuliaan Islam di kepengurusan rohis tersebut.

Ternyata dari obrolan tersebut, ada sebuah pertanyaan  yang menggelitik yang diutarakan oleh siswi kelas 1. Gadis cantik itu bertanya kepada salah seorang pengurus rohis, “kak kenapa sih koq harus sering-sering mentoring??”. Sesungguhnya miss g tahu bagaimana ekspresi sang gadis ketika menanyakan itu, apakah dia bertanya atas ketidaktahuan atau bertanya atas dasar kebosanan. Tapi yang pasti, sejenak miss langsung teringat dengan pertanyaan kaum kafir Quraisy yang bertanya kepada Rasulullah tentang mengapa harus masuk Islam? Pada saat itu kita tahu musuh terbesar dalam dakwah Rasulullah di Makkah adalah kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan keras kepala dan arogan. Dan mungkin pertanyaan mereka kepada Rasul tidak sepenuhnya disebabkan ketidaktahuan mereka terhadap Islam, namun lebih tepatnya dapat kita katakan pertanyaan atas dasar ketidaksukaan. Namun apa yang dijawab Rasulullah pada saat itu ? Rasulullah hanya tersenyum seraya berdoa kepada Allah memohon kelembutan hati kaum yang keras tersebut dan ketertarikan untuk mengetahui Islam itu apa, dan kenapa ? kira2 begitulah kalau dibahasakan.

Maka apa hubungannya ??? Streching awalnya, maksud miss anggaplah si gadis cantik itu belum tahu..sehingga perlu diberitahu..dan diberi motivasi agar dia ingin tahu dengan sendirinya …  Jadi gak usah pake acara sakit hati ngejawab pertanyaan yang seperti2 itu…. (okey Fit…..)

Ini dia nih jawabannya …. Silahkan temukan sendiri ya…..

Miss baru baca buku yang berjudul “Prophetic Learning” karyanya Pak Dwi Budianto. Sedikit miss kutip bahasannya. Beliau menyatakan :

Sekarang ini banyak pelajar dan mahasiswa kita ingin berprestasi, tapi sayangnya mereka tidak memiliki sikap prestatif. Mereka ingin menjadi juara, tetapi tanpa sadar mereka menjerumuskan diri dalam perilaku tercela. Kebiasaan menyontek lahir dari keinginan berprestasi (gak mau dikatakan gagal), tetapi miskin sikap prestatif. sehingga langkah yang diambil adalah langkah pragmatis (bagaimana bisa untung dengan menghalalkan segala cara). Jika ini yang terjadi dalam diri kita, sesungguhnya kita mengalami masalah dalam proses pembelajaran.

Hari ini kita menyaksikan juga bahwa anak-anak sekolah yang selalu diaktifkan kemampuan kognitif terendahnya, yakni menghafal dan memahami, ternyata sangat miskin rasa percaya diri, bahkan mendapat nilai minus untuk perkembangan kepribadiannya. Mereka tumbuh menjadi anak yang berkepribadian kurang baik, minim motivasi hidup, dan menyukai hal-hal yang bersifat entertaint hingga terjerumus pada pola hidup hedonis (hidup yang menTuhankan dunia).

Pada hari ini juga, kita sering melihat para pelajar,  mahasiswa , dan ilmuan yang memiliki ilmu yang luas dan jabatan yang tinggi  tidak memberi kebaikan bagi mereka sendiri. Padahal mestinya bertambahnya ilmu semakin menjadikan dirinya bijaksana dan dekat dengan kebenaran. Bagi dirinya sendiri saja tidak mengantarkan manfaat, apalagi bagi kehidupan. Justru yang kita saksikan sekarang ini adalah banyaknya orang berilmu yang lihai dalam menutup-nutupi dosa dan kemaksiatan, banyaknya para pelajar yang terjerumus pada pola pergaulan ala ke Barat-Baratan yang secara adat-istiadat saja sudah bertentangan dengan adat KeTimuran Indonesia, apalagi dari segi agama. Kemudian, para generasi muda yang justru memilih jalan easy life without struggle untuk memperoleh sesuatu tujuan atau untuk sekadar bisa lulus menjadi calon pegawai negeri sipil dan instansi-instansi perusahaan lainnya.

Sehingga pada kenyataannya, saat ini kita telah kehilangan kepribadian yang berkarakter mulia dan motivasi belajar yang kerap keliru. Semestinya proses belajar yang kita lakukan dapat diarahkan untuk mengembangkan kepribadian dan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pada pengimplementasiannya, proses belajar manusia yang tidak pernah berhenti (sesuai dengan sabda Rasul : tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat) seharusnya mencakup pada tiga wilayah keilmuan mendasar yang menjadi modal untuk sukses hidup di dunia dan akhirat.
1.      Ilmu yang mempelajari dasar-dasar pembentukan karakter dan potensi diri kita. Termasuklah di dalamnya ilmu yang bersumber dari agama dan ilmu-ilmu tentang pengembangan diri.
2.      Ilmu yang kita pelajari mestinya terkait dengan penguatan hubungan sosial dan membangun kecerdasan emosional (EQ). Sehingga kita perlu mempelajari ilmu yang berkaitan dengan psikologi, politik, komunikasi, parenting, dan sebagainya.
3.      Terakhir adalah ilmu yang berhubungan dengan pengembangan profesi kita. Ilmu-ilmu ini akan menjadi modal untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas diri sebagai seorang pribadi profesional. Jika kita ingin menjadi seorang guru, maka kita harus menguasai bidang-bidang pendidikan dan bidang spesialisasi yang terkait.

Jika ketiga komponen ilmu tersebut menjadi priorotas kita dalam belajar, bukan tidak mungkin kita akan menjadi pribadi yang paripiurna (takwa) dunia akhirat. Sehingga jika ditawarkan sebuah kebaikan dan kebenaran dihadapan kita, kita tidak akan lagi bertanya “mengapa harus seperti itu?, mengapa koq sering-sering?,” atau pertanyaan yang lebih tragis lagi “apa untungnya bagi saya ??”

Sebagaimana jika kita ditanya seseorang “mengapa kamu makan???”. Maka jawabannya sangat simple, “karena makan adalah haknya tubuh”. Sedangkan “kebenaran, hikmah, atau nasehat2 keagamaan lainnya adalah haknya ruhani (jiwa)”. Terakhir adalah ilmu yang menjadi haknya akal manusia. Subhanallah, begitu indah ternyata imam Al-Ghazali mengklasifikasikan  hak atas 3 (tiga) komponen manusia ini.

Wallahua’lam bis shawaab… Semoga bermanfaat

Bumi Sriwijaya,
25 Okt 2011, 21:50

No Response to "Oretan Hikmah dan Insya Allah Beredukasi"

Posting Komentar